Terkini.id, Jakarta – Partai Demokrat buka suara terkait ucapan politikus PDIP, Adian Napitupulu yang meminta partainya sebaiknya belajar sejarah dan matematika sebelum memberi kritikan tentang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Irwan selaku Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat mengatakan cara berpikir Adian Napitupulu tidak mengandung unsur NKRI.
Ia juga menambahkan bahwa harga BBM di seluruh Indonesia itu sama bukan seperti UMP yang memiliki ketentuan sendiri di setiap provinsi dan/atau kota.
“UMP itu berbeda-beda di setiap provinsi dan kabupaten atau kota. Sedangkan harga BBM sama secara nasional [atau] simetris. Cara pikirnya tidak NKRI,” ujar Irwan saat dihubungi, dikutip dari cnnindonesia.com, Jumat 9 September 2022.
Lebih lanjut lagi, Irwan meminta Adian Napitupulu untuk kembali mempelajari sejarah Indonesia dan jangan lupa dengan istilah Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) yang pernah diucapkan oleh Presiden Soekarno.
- Dicampakkan Anies Baswedan, SBY Demokrat Puji Cara Berpolitik PDIP
- Politikus Demokrat Sebut Puan Maharani Bisa Menang Jika Semua Ditangkap
- Indosat Dijual dan Garuda Terancam Bangkrut saat PDIP Berkuasa, Politisi Demokrat: Camkan Itu Hasto!
- Politisi Demokrat: Mending Hasto Urus Ketumnya yang Nggak Ada Gunanya Jadi Dewan Pengarah BRIN
- Singgung Koalisi 2024, Demokrat Klaim sudah Komunikasi dengan PDIP, Andi Arief: Bukan Kubu Hasto
Irwan berpendapat ketika Susilo Bambang Yudhoyono memimpin Indonesia dan menaikkan harga BBM, keputusan tersebut dibuat dengan sangat hati-hati.
Irwan mengklaim SBY berhasil meningkatkan kesejahteraan hidup warga negara Indonesia dengan bukti pendapatan per kapita pada saat itu mencapai 13 persen, pengangguran turun menjadi 5,7 persen dan pertumbuhan ekonomi menjadi 6 persen.
“Pada era Presiden SBY, PDIP menolak kenaikan BBM bahkan hingga menangis dan mengkonsolidasi massa di jalanan, tetapi kenapa kini mereka malah mendukung?” kata Irwan.
Ketua DPD Partai Demokrat Kalimantan Timur ini berujar kenaikan harga BBM ditengah harga minyak dunia yang turun akan memberikan dampak yang negatif bagi perekonomian masyarakat Indonesia.
“Sementara harga minyak dunia turun sedangkan komponen utama harga BBM dari harga minyak dunia dan kurs yang berlaku. Masyarakat saat ini sedang susah, terkena dampak kondisi global. Harusnya masyarakat dibantu, bukan malah diminta ikut menanggung. Kita baru akan pulih pasca Covid-19,” tutur Irwan.
Selanjutnya, Irwan menyebutkan kenaikan harga BBM sama saja dengan menyuruh masyarakat Indonesia untuk menanggung beban negara.
“Daripada menaikkan harga BBM saat ini, lebih baik membangun sistem subsidi BBM yang tepat sasaran. Menurut pemerintah sendiri, permasalahan BBM ini adalah soal tidak tepat sasaran,” ucap Irwan.
“Seharusnya masalah ini yang diperbaiki dan dicari solusi, kenapa harus dinaikkan BBM nya dan harus ditanggung seluruh rakyat Indonesia yang berbeda-beda kemampuan daya belinya di setiap kabupaten atau kota?” lanjut Irwan.
Sebagai informasi, Adian Napitupulu yang juga menjabat sebagai anggota DPR RI membalas kritikan Partai Demokrat dengan menyarankan mereka untuk belajar matematika dan sejarah terlebih dahulu sebelum membahas soal kenaikan harga BBM.
“Saya menyarankan agar kader Demokrat untuk bisa belajar matematika dan belajar sejarah, sehingga jika membandingkan maka perbandingan itu logis tidak anti logika dan ahistoris,” imbuh Adian Napitupulu.
“Di era SBY total kenaikan harga BBM [jenis] Premium Rp4.690, sementara di era Jokowi total kenaikan BBM jenis Premium atau Pertalite Rp3.500. Jadi SBY menaikkan BBM lebih mahal Rp1.190 dari Jokowi,” pungkas Adian Napitupulu.