Terkini.id, Makassar – Seorang siswa kelas 2 Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 11 Kota Makassar inisial Adr (17) menjadi korban pengeroyokan.
Kejadi itu diketahui terjadi di halaman sekolah pada Jumat 17 Maret 2023, lalu. Kasus ini viral setelah video rekaman pengeroyokannya korban beredar di media sosial.
Kasus ini kini bergulir di pihak berwajib. Pihak keluarga resmi melapor ke Polsek Tamalate, sebagai upaya mencari keadilan.
Keluarga korban, Idiani Sartian mengungkapkan kronologis kejadian berdasarkan pengakuan korban. Pada hari Jumat 17 Maret 2023 sekitar pukul 9 pagi, korban yang merupakan keponakannya telah menyampaikan ke gurunya bahwa akan terjadi pemukulan yang akan dilakukan oleh siswa kelas 3.
Olehnya itu, korban meminta kepada gurunya agar dipulangkan lebih awal untuk mencegah pemukulan tersebut.
- Kisruh Sengketa Tambang di Malili, Anggota IPW Dipukul Oknum Karyawan PT CLM Zainal Abidinsyah Siregar
- Solidaritas Pewarta Desak Polres Jeneponto Tuntaskan Kasus Dugaan Pengeroyokan Oknum Wartawan
- Polres Jeneponto Amankan 5 Terduga Pelaku Penganiayaan dan Pengrusakan Mobil di Nasara
- Salah Satu Pelaku Pengeroyokan Ade Armando Minta Maaf, Ade: Saya Percaya Kamu Anak Baik
- Terdakwa Sampaikan Keberatan, Sidang Putusan Pengeroyokan Ade Armando Ditunda
“Gurunya berkata kalau kamu sendiri saya bisa amankan, tapi keponakan saya menolak, karena kalau keponakan saya keluar bagaimana dengan teman-temannya,” ungkap Idiani kepada wartawan, di Warunk Soqta, Jalan Hertasning Makassar, Senin 20 Maret 2023.
Idiani menambahkan, setelah selesai pelajaran, anak laki-laki dilarang keluar sekolah karena harus salat Jumat, pada waktu itu korban sudah melihat dua temannya dipukul.
Kemudian korban berusaha untuk lari, namun ada yang mengejar, kemudian korban dipukul sebanyak dua kali di bagian muka, kemudian korban kembali lari berusaha untuk mencari jalan keluar untuk lepas dari kejadian itu.
“Keponakan saya lewat depan ruangan guru, di situ didapat oleh kerumunan anak kelas 3, di situlah terjadi pemukulan dan ada videonya,” ungkapnya.
“Banyak guru yang melihat langsung kejadian pengeroyokan di lokasi itu, namun tidak ada yang bergerak, hanya satu guru yang melerai dan menyelamatkan keponakan saya,” ujarnya.
Idiani mengungkapkan, kejadian yang menimpah keponakannya itu, ternyata sudah menjadi tradisi di SMAN 11 Makassar, ada istilah ganjil-gngen dimana kelas 1 dan 3 bersatu untuk melawan siswa kelas 2.
Hanya saja, pihak sekolah seakan menutup mata terkait tradisi yang telah terjadi setiap tahun itu.
Atas kejadian tersebut, korban mengalami luka-luka dan trauma tidak mau lagi masuk sekolah. Bahkan kasus ini telah dilaporkan ke Polsek Tamalate.
“Tadi pagi kami dipanggil ke sekolah untuk melakukan mediasi, siapa tahu kami ingin berdamai dengan pelaku, namun kami di keluarga memutuskan untuk tidak berdamai dengan pelaku. Bukan karena kami membenci pelaku, tetapi ini semata-mata agar tradisi ini berakhir sampai di sini.
Kami tidak mau lagi kedepannya terjadi peristiwa seperti ini. karena sering sekali saya membaca di koran dan di media-media, bahwa sudah seringkali terjadi perkelahian, entah itu di depan sekolah, di jalanan saling kejar-kejaran,” pungkasnya.