Oleh: Dewi Setiawati
Dosen FKIK UIN Alauddin Makassar
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Wirahusada Medical Centre
Malam itu, suasana klinik sudah mulai sepi. Pasien-pasien sudah banyak pulang, tinggal suara AC dan secangkir teh yg belum habis di meja. Tapi tiba-tiba.
“Aduh! Sakit Ma! Sakit sekali kodoong Maa!!” Seorang remaja perempuan, kira-kira 14 tahun, masuk sambil meringis kesakitan.
Tangannya memeluk perut, wajahnya pucat. Di belakangnya, Bapak dan Ibu ikut panik setengah mati. Klinik mendadak riuh lagi.
- Siapa Feby Putri yang Menikah di Makassar? Padahal Lagu-lagunya Akrab di Telinga
- Wakil Gubernur Dukung ICMI Muda Sulsel Jadi Teladan Intelektual, Moral, dan Kepemudaan
- Missed Abortion
- PLN dan Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Resmikan Mushola Babul Khoir
- Gerakan Wisata Bersih Sambut World Tourism Day dan Dies Natalis Poltekpar Makassar
Kami memang punya SOP: kalau ada pasien gawat darurat, harus didahulukan. Maka saya pun langsung turun tangan.
Remajanya susah diajak bicara karena kesakitan, jadi saya mulai bertanya pada orang tuanya. Ini namanya alloanamnesis bukan gaya bahasa alien, ya. Cuma istilah keren buat wawancara ke orang terdekat pasien.
“Dok, anak saya belum pernah haid. Teman-temannya sudah semua. Tapi dua bulan terakhir ini, dia suka ngeluh sakit perut tiap bulan. Kayak mau haid, tapi ndak keluar apa-apa.”
Hmmm… menarik.
Saya lanjutkan pemeriksaan dari kepala sampai kaki. Semuanya normal. Tanda-tanda pubertas juga ada: payudara tumbuh, rambut di ketiak dan daerah pubis juga sudah ada. Perutnya rata, ndak ada benjolan mencurigakan.
Tapi waktu saya periksa area genital bagian dalam.
Saya terdiam sejenak. Ada sesuatu yang menutupi seluruh pintu keluar vaginanya. Selaput dara utuh, tidak berlubang.
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.