Terkini.id, Jakarta – Terguncangnya pasar keuangan global minggu ini turut berdampak pada mobilitas harga aset digital. Contohnya, cryptocurrency.
Dalam seminggu ini, harga aset digital dua token crypto terbesar dan paling populer di dunia yakni Bitcoin menyentuh level terendah sejak awal Oktober 2021.
Bitcoin mengalami penurunan hampir 10% dalam satu minggu ke bawah level psikologi US$50.000/BTC.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Minggu 5 Desember 2021, ada tiga penyebab terguncangnya pasar keuangan.
Pertama, kekhawatiran para investor dengan mewabahnya varian baru virus Covid-19 atau Omicron akan diberlakukan kembali kebijakan lockdown oleh negara-negara.
Kedua, jatuhnya harga crypto disebabkan pergerakannya yang cenderung tidak stabil dan adanya pandangan skeptis dari regulator mengakibatkan aset digital cryptocurrency dilepas oleh para investor.
Ketiga, The Fed melakukan tapering sehingga munculnya ramalan bahwa dolar AS akan kembali menguat. Akibatnya para investor mulai melepas aset-aset yang memiliki risiko tinggi seperti saham dan mata uang crypto.
Di sisi lain, J.C Parets dan Will Clemente, dua analis mengungkapkan penurunan harga Bitcoin turut disebabkan oleh perilaku jual para trader di pasar derivatif.
Contohnya, harga minyak turun lebih dari 5%, batu bara turun 3% atau harga CPO melemah ke angka 4%.
Turunnya harga Bitcoin hingga 13% dalam sepekan ikut mempengaruhi harga emas yang naik 0,56%. Pergerakan Bitcoin dan Emas yang berlawanan diakibatkan popularitas Bitcoin yang semakin tinggi sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi (inflation hedge).
Awal November 2021, harga Bitcoin turun hampir 30% dari level all time high-nya yang mana secara teknikal, Bitcoin sudah memasuki periode bearish dan sentimen yang tak baik, meskipun adanya kemungkinan harga Bitcoin dan token crypto lainnya bergerak naik.