Terkini.id, Jakarta – Mantan Sekretaris BUMN Muhammad Said Didu belum lama ini membuat penilaian terhadap pemimpin-pemimpin Indonesia, utamanya dalam hal utang negara.
Dalam penilaiannya, pria yang akrab disapa Said Didu ini menyebutkan jika Presiden ke-7 Republik Indonesia yakni, Presiden Joko Widodo lebih jago menumpuk utang dibanding dengan presiden pendahulunya, Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam narasi cuitannya di media sosial Twitter, dia memberikan rincian utang perhari yang dihasilkan dari Presiden Jokowi, Soeharto dan SBY.
“Kehebatan Presiden membuat utang PER HARI: Pak Harto: Rp 0,07 trilyun (sudah termasuk utang BUMN) Pak SBY: Rp 0,36 trilyun. Pak Jokowi: Rp 1,7 trilyun (belum termasuk utang BUMN)”, kata Said Didu seperti dikutip dari cuitannya, Senin 23 Januari 2023.

Dari hasil perbandingannya itu, dia menyebutkan bahwa Presiden Jokowi memiliki kehebatan berkali-kali lipat dalam hal menumpuk utang.
- Stafsus Kemenkeu Disemprot Said Didu Usai Bahas Dana Pajak
- Perusahaan Tambang China di LN tidak Diberi Tempat, Said Didu Sebut di Indonesia Sebaliknya
- Said Didu Tanggapi Soal Tesla Akan Bangun Pabrik di RI: Saya Hanya Ketawa Saja
- Said Didu Sorot Proyek Kereta Cepat, Sebut Dipaksakan Demi Pencitraan
- Investor IKN tak Muncul, Said Didu Singgung HGB 160 Tahun
“Artinya dalam menumpuk utang, pak Jokowi 34 X lebih hebat dari Pak Harto dan 5 X lebih hebat dari pak SBY”, sambungnya.
Menanggapi cuitan Said Didu, salah satu warganet meminta data analisis mengenai penggunaan utang juga pengaruhnya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
“Saya sepakat jumlahnya memang membesar. Nah sebagai manusia merdeka nan terhormat dan terkenal, coba saya dikasih data dan analisanya soal penggunaan utang dan proyeksi dari dampak penggunaannya plus analisis rasio hutang terhadap PDB dan PDRB nya pak.. DITUNGGU”, komentar salah satu warganet dengan akun @gabriccia1.

Selain itu, warganet lainnya juga menyebut jika ada banyak variabel yang seharusnya dimasukkan dan dijadikan acuan mengingat utang Soeharto yang terkecil namun pada masa pemerintahannya negara mengalami krisis.
“Selain jumlah, Ada banyak variabel lain yang harus dimasukkan. Karena sekecil kecilnya hutang Soeharto, hanya di masa dia negara bisa krisis dan inflasi gede gedean. Kalo kondisi ekonomi jaman Jokowi lebih buruk dari jaman Soeharto harusnya pas Covid nasib negara ini kek Sri Langka”, komentar warganet @renita_hartini.

Sebagai informasi, utang Indonesia per 29 Desember 2022 menyentuh angka Rp 7.554,25 triliun. Artinya, utang Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar Rp 57,55 triliun yang sebelumnya pada oktober 2022 berada di angka Rp 7.496,7 triliun.
Dilansir dari laman CNBC Indonesia, utang Indonesia hingga November 2022 menyentuh 38,65% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Dengan adanya angka utang Indonesia yang mengalami pertumbuhan, hal ini dinilai pemerintah yang dalam hal ini Menteri Keuangan sebagai hal yang masih wajar.