Terkini.id, Jakarta – Seperti yang kita tahu, pendakwah Yahya Waloni belakangan ini memang menjadi perhatian publik.
Sayangnya, ia menjadi pusat perhatian lantaran isi-isi ceramahnya yang dianggap terlalu sering mengandung konten kontroversial.
Ia dikenal publik sebagai sosok yang sensasional, kerap menyampaikan beragam ceramah yang dianggap merendahkan atau bahkan menghina hingga menistakan agama. Baik agama Islam, maupun agama Kristen.
Maka tak heran jikalau banyak masyarakat yang mengecam sosok Yahya Waloni yang mengakui dirinya seorang pendeta sebelum memeluk agama Islam dan memutuskan untuk menjadi seorang pendakwah.
Namun, rupanya ada sejumlah pihak yang kukuh mengklaim bahwasanya gelar pendeta yang diakui Yahya Waloni selama ini hanyalah bualan semata.
- Yahya Waloni dan Doanya yang Tembus ke Langit
- Dasad Latif: Ustaz Yahya Waloni Satu dari Sedikit Orang yang Berdakwah Jalur Nahi Munkar
- Muhammad Kece Resmi Divonis 10 Tahun Penjara, Warganet Bandingkan Dengan Yahya Waloni: Hukum di Negeri Ini Sudah Tidak Ada Artinya Lagi!
- Lagi! Megawati Sindir Pemuda Indonesia, Ustadz Yahya Waloni: Waspada! Nenek-nenek itu Biangkerok Perpecahan di Indonesia
- Berani! Pria Ini Tegas Mengatakan Jika UAS dan Yahya Waloni Bangsat
Setelah terkini.id melakukan penelusuran mendalam, rupanya sejak 2019 lalu kecaman pada sosok Yahya Waloni sudah pernah dilayangkan dengan serius.
Hal itu dikemukakan oleh Profesor Yusuf L. Henuk dalam akun media sosial miliknya pada 17 September 2019 silam.
“… Yahya Waloni TELAH DIKECAM DI KALANGAN ISLAM: “USTAD PEMBUAL” & KINI Prof. YLH TELAH MELAPORKANNYA DI Polda Sumut (2 SEPTEMBER 2019) …,” tulisnya.
Dalam sebuah gambar yang ia unggah (tertulis bersumber dari laporan polisi sang profesor), dijelaskan bahwa pada 2000 – 2004, Yahya Waloni mengklaim pernah menjadi pendeta di GKI Papua, Klasis Raja Ampat, Sorong Kepulauan, Provinsi Irian Jaya (saat ini Papua Barat).
Yahya juga mengklaim pernah menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di Sorong dan mengundurkan diri pada 28 Januari 2005.
Terkait pengakuannya perihal pernah menjadi pendeta di GKI Papua sudah lama dibantah oleh GKI Papua sendiri. Mereka mengatakan bahwa Yahya Waloni tidak pernah menjadi pendeta di gereja mereka.
Lalu perihal klaim sebagai Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis, Universitas Kristen Papua juga membantah secara resmi bahwasanya kampus UKIP berdiri sejak 8 April 2005 dan selama itu belum pernah Yahya Waloni menjabat jabatan apa pun dalam struktur pengurus maupun pimpinan UKIP.
Kemudian di saat Yahya Waloni pindah ke Toli-Toli, Sulawesi Tengah, pada 16 Agustus 2006, diketahui bahwa ia melamar untuk menjadi Vicaris Pendeta alias calon pendeta di Gereja Protestan Indonesia Buol Toli-Toli (GPIBT).
Namun, menurut Ketua Sinode GPIBT, Pendeta Cornelius Montol, lamaran Yahya Waloni tersebut ditolak alias tak diterima.
Hal itu lantaran ijazah Yahya tidak pernah membuktikan ijazahnya dari Sekolah Theologia di Pinelang yang dibuka dari Filipina.
Pendeta Cornelius Montol, S.Th juga membantah dan menyatakan bahwa tidak pernah ada STT Calvinis Manado di Sulawesi Utara.
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.
