Terkini.id, Jakarta – Sebuah tudingan akan masuknya pengaruh komunisme di tubuh TNI keluar dari Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. Ia mengatakan bahwa hilangnya patung Soeharto dan tokoh lain yang berperan melawan komunis di Markas Kostrad dan diorama G30SPKI di Museum Dharma Bhakti Kostrad menjadi bukti kebenaran pernyataannya.
Menanggapi hal tersebut, Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman meminta Gatot untuk sebaiknya menanyakan perihal hilangnya benda-benda bersejarah tersebut. Menurut Gatot tudingan tersebut tidak mendasar dan dianggap telah menyudutkan institusi TNI.
“Walau saya mantan Pangkostrad, namun beberapa hari ini saya mendapat informasi perihal diorama, patung Pak Harto serta beberapa tokoh penting lainnya dan tujuh pahlawan revolusi yang ada di Markas Kostrad sudah tidak ada disana,” kata Gatot seperti dikutip dari detiknews, Selasa, 28 September 2021.
Gatot Mengabarkan Hilangnya Diorama G30SPKI
Dalam acara webinar Forum Guru Besar dan Doktor Insan Cita Korps Alumni HMI pada Minggu, 26 September 2021. Gatot menyampaikan kabar hilangnya patung pahlawan Revolusi di Markas Kostrad TNI pada webinar tersebut.
- Gatot Nurmantyo Nilai Pemerintah Gagal Wujudkan Keadilan Bagi Masyarakat
- Mantan Panglima TNI Sebut Ferdy Sambo Dapat Kembali Jadi Anggota Polri
- Gatot Nurmantyo Buka Suara Soal Kasus Brigadir J: Ada Pertempuran di Internal Polisi
- Ferdy Sambo Bisa Batal Dipecat? Gatot Nurmantyo: Keputusan Kapolri Bisa Diralat
- Ferdy Sambo Bisa Kembali Jadi Polisi, Gatot Nurmantyo: Kurang Ajar!
Gatot menyebutkan, hilangnya patung dalam diorama pemberantasan PKI pada tragedi G30SPKI. Diorama tersebut menggambarkan Mayjen Soeharto yang memerintahkan Komandan RPKAD Sarwo Edhie Wibowo untuk memberantas PKI. Terlihat juga Jenderal AH Nasution yang duduk sambil memegang tongkat di samping Sarwo Edhie.
“Khusus untuk di ruangan Pak Harto ini kan mencerminkan penumpasan G30SPKI. Dikendalikan oleh Pak Harto di markasnya dan setelah selamat di Pangkostrad. Sedangkan patung Pak Sarwo Edhie ada di lapangan,” tutur Gatot, dilansir dari suaranews, Selasa, 28 September 2021
Semula Gatot tidak percaya akan kabar hilangnya diorama G30SPKI serta patung Pahlawan Revolusi tersebut. Lalu ia menugaskan seseorang untuk mendatangi Markas Kostrad dan mengecek kebenarannya langsung. Setelah itu, utusan Gatot mengirim foto ruangan yang sudah tidak adalagi patung Soeharto.
“Ini sudah ada penyusupan pengaruh komunis di tubuh TNI,” ujar Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Dudung Merasa TNI Menjadi Sasaran Fitnah Keji
Sebagai anggota dari Pangkostrad, Dudung angkat bicara terkait tuduhan akan dugaan masuknya pengaruh komunisme di TNI. Dudung membenarkan jika patung Soeharto, Sarwo Edhi dan AH Nasution yang ada di dalam Museum Dharma Bakti sudah tidak ada.
Ia mengatakan, bahwa patung-patung tersebut telah diambil oleh penggangagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution karena alasan pribadi dan sudah mendapat izin dari Dudung.
“Kini patung tersebut, diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini. Saya hargai alasan pribadi beliau yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan,” tuturnya dilansir dari detiknews.
Dudung menepis anggapan bahwa penghilangan patung tersebut di markas TNI merupakan bentuk dari melupakan tragedi G30SPKI. Ia mengatakan pihak TNI tak pernah sekalipun berusaha melupakan tragedi itu.
Menurutnya, tudingan yang keluar dari pernyataan Gatot tidaklah benar dan tuduhan tersebut merupakan fitnah keji yang ditujukan kepada TNI.