Soal Polemik Penundaan Pemilu, Pengamat: Ini Taktik yang Dungu
Komentar

Soal Polemik Penundaan Pemilu, Pengamat: Ini Taktik yang Dungu

Komentar

Terkini.id, Jakarta – Wacana penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) hingga saat ini masih menjadi polemik yang menuai sorotan dari berbagai pihak. Salah satu yang menyorot hal ini adalah Pengamat Politik Indonesia, Rocky Gerung yang justru menyebutnya sebagai sebuah taktik yang dungu.

Membahas mengenai penundaan Pemilu 2024, sebelumnya dikabarkan bahwa Mahkamah Konstitusi akan memutuskan mengenai masalah tersebut dan kemungkinan akan dikembalikan ke sistem tertutup.

Namun menurut Rocky Gerung, penundaan pemilu dan sistem tertutup merupakan hal yang berada dalam satu paket dan merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk menunda pergantian kekuasaan.

Pengubahan sistem terbuka ke tertutup juga menjadi sorotan penting Rocky Gerung. Dia menilai ada ketakutan dari partai-partai tertentu akan kelihatan wajah aslinya oleh masyarakat.

“Artinya ada ketakutan kalau sistemnya terbuka lalu partai-partai yang busuk itu yang pameran caleg-caleg busuknya itu diketahui oleh rakyat kan itu soalnya tuh”, kata Rocky Gerung, dikutip dari Kanal YouTube pribadinya, Minggu 19 Februari 2023.

Soal Polemik Penundaan Pemilu, Pengamat: Ini Taktik yang Dungu
Rocky Gerung dan Hersubeno Arief membahas penundaan pemilu (YT/Rocky Gerung Official).
DPRD Kota Makassar 2023
Baca Juga

Selain itu, dia menilai bahwa pergantian sistem Pemilu dari tertutup ke terbuka menjadi sebuah persiapan kejahatan karena akan menimbulkan keributan dari parpol.

Berkaitan dengan hal itu, presiden RI ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY juga sebelumnya telah menyampaikan bahwa dia telah mendapat informasi MK akan mengambil keputusan terkait hal ini.

“Ini semacam persiapan kejahatanlah kan ini bakal rebut nih antara partai akan ribut, Pak SBY saja sudah ribut dan itu artinya Pak SBY akan mengerahkan Demokrat untuk protes demikian juga Demokrat akan meminta PKS untuk ikut, PKS akan meminta Nasdem ikut. Maka akan terjadi kerusuhan itu”, jelasnya.

Akademisi ini berpendapat bahwa penundaan pemilu bukanlah sebuah taktik yang cerdik, melainkan taktik yang dungu karena adanya keterbukaan dalam persiapan kejahatan ini.

“Jadi kalau kita anggap bahwa taktik itu adalah taktik yang cerdik, ini justru taktik yang dungu karena semua orang tau ujungnya. Jadi persiapan kejahatan itu terlalu terbuka justru, kalau diam-diam masih bisa. Lah ini kan kejahatan untuk membatalkan penundaan pemilu demi memperpanjang kekuasaan. Jadi intinya begitu”, terangnya.

Olehnya itu, Indonesia pun masuk dalam sorotan asing seperti Amerika Serikat dan Inggris yang menganggap bahwa Indonesia sedang mempersiapkan otoritas perubahan undang-undang.

“Sinyal-sinyal semacam ini yang pasti dibaca oleh inteligen asing. Amerika pasti tau bahwa ini adalah akal-akalan, British Inggris pasti tau. Jadi Indonesia dalam sorotan dan semua saya kira dubes atau diplomat asing menganggap bahwa Indonesia sedang mempersiapkan semacam, apa namanya ee soft otoriterisme atau otoritarisme yang berbasis pada perubahan undang-undang”, terang Rocky Gerung.

Ini juga akan berkaitan dengan global democratic value yang saat ini sedang disuarakan di seluruh dunia. Sehingga, Presiden Jokowi dianggap telah membuang puntung kedalam Jerami yang kering sehingga terjadilah gejolak.

“Dalil ini akan berhadapan dengan global democratic value yang lagi di dengung-dengungkan seluruh dunia jadi Pak Jokowi memancing semacam atau sudah membakar udah mulai membuang puntung ke dalam Jerami yang kering”, kata Rocky Gerung.