Mapala STIK Tamalatea Makassar Hadirkan Pakar Ulas Masalah Kesehatan Lingkungan
Komentar

Mapala STIK Tamalatea Makassar Hadirkan Pakar Ulas Masalah Kesehatan Lingkungan

Komentar

Terkini.id, Makassar – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea Makassar menghelat seminar dengan tajuk ‘Kesehatan Lingkungan’ yang menjadi isu sentral dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagai penyelenggara kegiatan, Ketua Mapala STIK Tamalatea Makassar, Dedi Rikaldi, menyebut isu lingkungan sesuai fenomena yang ada di Makassar.

“Makassar memiliki problem lingkungan yang serius. Seperti banjir, pencemaran udara, dan berbagai bencana lain,” kata Dedi di Aula STIK Tamalatea Makassar, Sabtu 8 Februari 2020.

Pada diskusi tersebut ia berharap peserta mendapat ilmu lingkungan dan mampu menjadi agen perubahan bagi terciptanya lingkungan yang sehat di Kota Makassar.

Dosen Kesehatan Lingkungan FKM Unhas, Anwar Mallongi mengatakan, saat ini variasi bahan pencemaran lingkungan sangat tinggi. Hal itu terlihat dari jumlahnya yang semakin meningkat.

DPRD Kota Makassar 2023
Baca Juga

“Karena adanya perubahan pada lingkungan. Banyaknya variasi mikroba atau jenis bahan kimia baru, baik single, maupun bersenyawa dengan yang lainnya,” ujar dia.

Dia menjelaskan perubahan lingkungan terjadi akibat banyaknya aktivitas yang melahirkan emisi bahan pencemaran, baik ke udara, air, atau pun ke tanah, bahkan sampai pada makanan.

Sehingga, kata dia, setiap saat manusia menghirup dan memakan hal-hal yang mungkin tercemar.

“Akibat terbatasnya tempat pembuangan menyebabkan banyaknya mikroba yang lepas ke air, udara, sehingga bisa menyebabkan meningkatnya angka kesakitan di usia produktif,” kata dia.

Ketua Pengda IAKMI Sultra sekaligus Ketua Prodi S2 Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari, Ramadhan Tosepu berbicara ihwal peran tenaga kesehatan di era industri 4.0.

“Kita harus mengikuti teknologi kesehatan yang ada saat ini, bukan berarti kita tergantung, tetapi memanfaatkan untuk bekerja seefektif dan efisien mungkin,” kata dia.

Dia mencontohkan bahwa pekerjaan yang dulunya 3 jam, dengan bantuan teknologi bisa 1 sampai 30 menit saja.

Kendati begitu, ia mengingatkan untuk tak mengabaikan hidup dengan cara tradisional, seperti bersepeda, dan jalan kaki.

Terkait dengan kompleksitas masalah kesehatan di perkotaan seperti pencemaran udara, ia mengatakan, bisa menggunakan teknologi bernama digital sistem di satu kawasan.

“Di situ bisa terpantau daerah yang melebihi ambang batas, ada warna merah berarti sudah sangat berbahaya, ada juga tanda aman,” kata dia.

Dengan begitu, kata Ramadhan, masyarakat bisa melihat langsung kawasan tersebut.

“Apakah harus mengurasi penggunaan emisi atau tidak, jadi bisa kelihatan, di situ peran teknologi,” ungkapnya.

Di tengah isu pembangunan yang tak sejalan dengan isu lingkungan, Ramadhan membantah hal tersebut. Ia menegaskan bahwa pembangunan
harus jalan karena tanpa pembangunan manusia tak bisa berbuat apa-apa.

“Tetapi sebelum membangun harus ada analisis dampak lingkungan, kita harus mengikuti aturan amdal tersebut,” ujar dia.

“Amdal tidak melarang pembangunan tetapi merekomendasikan bahwa kalau anda mau membangun harus memenuhi persyaratan. Jadi harus sejalan,” paparnya.

Ketua Persakmi Maluku Utara Marwan Polisiri bicara soal tantangan kesehatan lingkungan di daerah kepulauan.

Ia mengatakan, saat ini, setidaknya daerah kepulauan memiliki beberapa permasalahan, antara lain, soal akses dan mahalnya fasilitas.

“Jadi ketika orang sakit pikirannya adalah uang,” kata dia.

Selain itu, dia menyebut fasilitas kesehatan yang ada di pulau masih jauh dari kata layak. Terlebih, kata Marwan, SDM ketenagakerjaan di pulau juga masih terbelakang dari segi wawasan medis.

“Masyarakat pulau mesti mendapatkan beasiswa,” tegasnya.

Staf Advokasi dan Kajian WALHI Sulsel, Riski Saputra menyoroti masalah dan ancaman lingkungan hidup yang ada di Sulsel.

Ancaman yang dihadapi masyarakat pesisir dan laut, kata dia, adalah reklamasi dan tambang, serta destruktif fishing.

“Industri pertambangan mengancam ekosistem karya, ekosistem hutan beralih fungsi ke pertambangan, perkebunan skala besar, infrastruktur, dan pertanian holtikultura,” paparnya.

Sementara danau dan sungai telah tercemar limbah, erosi, dan sedimentasi. Khusus untuk perkotaan, dia mengatakan Makassar mempunyai sistem drainase yang buruk. Ruang Terbuka hijau yang tidak memadai.

“Masalah sampah dan daerah peresapan air yang digantikan bangunan,” pungkasnya.

Riski mengatakan bila masalah lingkungan terabaikan maka bersiap-siaplah menghadapi datangnya bencana.

“Mari membangun kesadaran bahwa merawat lingkungan berarti sekaligus merawat sebuah peradaban,” pungkasnya.