Terkini.id, Jakarta – Pegiat Media Sosial Helmi Felis belum lama ini menyoroti unggahan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyebutkan bahwa neneknya salah satu Kongres perempuan di Jogja tahun 1928.
Hal tersebut disampaikan Helmi Felis melalui sebuah cuitan di akun media social twitter miliknya yang disertakan dengan salah satu pemberitan media online.
“Bibit, bebet, Bobot Anies Baswedan jelas tercatat sejarah,” pungkas Helmi Felis di akun twitter miliknya. Sabtu, 24 Desember 2022.
Selain dari itu melalui cuitan, Helmi Felis mengatakan kakek sampai nenek Anies Baswedan frontliner dalam perjuangan Indonesia.
“Kakek sampe neneknya frontliner dalam perjuangan Indonesia bahkan, kualitas jelas, anies baswedan-nya seorang visioner mau apa lagi? Aneh-aneh aja cari yang lain #UmmatBerjuang,” tuturnya.
- Helmi Felis ke Jokowi: Bukan Percuma Pak! Tuanya Nanti Jadi Penipu, Umbar Janji Boro-Boro Ditepati
- Layak Jadi Cawapres, Pegiat Politik: Erick Thohir Banyak Bawa Ide Cemerlang
- Nicho Silalahi Ke Erick Thohir: Kalau Udah Tahu Bodoh Ya Mundur!
- Fahri Duga Anies Gagal Maju Capres, Helmi Felis: Please, Jangan jadi Dukun!
- Cuitan Denny Siregar Tuai Sorotan, Monica: Prediksi Gelandangan, Bangkrut Dia!
Sebagaimana diketahui sebelumnya dalam unggahan Instagram Anies Baswedan ada sebuah cerita menarik yang selalu diingat dirinya, ketika neneknya hendak berangkat ke kongrep perempuan.
Barkah Ganis, perempuan yang lahir dan besar di Tegal, Jawa Tengah, itu merupakan seorang pegiat pergerakan perempuan sejak pra-kemerdekaan adalah salah satu peserta Kongres Perempuan di Jogja tahun 1928.
Saat hendak berangkat ke Jogja, mereka sempat dihalau oleh Belanda dan dilarang naik Kereta.
“Menjelang kongres, Beliau berangkat sebagai utusan dari Tegal, bersama para pegiat perempuan lainnya. Mereka sudah siap dengan tiket kereta ke Jogja,” kata Anies Baswedan dalam unggahan di Instagram.
“Saat tiba di Stasiun Tegal, mereka dihalau dan dilarang naik kereta. Petugas-petugas Belanda saat itu mencegah para perempuanperempuan utusan untuk bisa berangkat ke Kongres Perempuan itu,” lanjutnya.
Bukannya menyerah, para perempuan itu justru melawan dan menantang Belanda dengan berbaring di atas rel kereta. Dikutip dari Suara.com.
“Para perempuan itu menuju ke depan lokomotif kereta yang sudah siap jalan. Mereka semua berbaring di atas rel kereta, berjejer para perempuan itu memaparkan badan. Dibawah terik matahari, depan moncong lokomotif mereka pasang badan, mereka tawarkan nyawa ‘berangkatkan kami atau matikan kami’. Itulah harga mati yang senyatanya,” kata Anies.
Akhirnya mereka diijinkan naik kereta dan berangkat ke Jogja untuk mengikuti kerkongres dan ikut membangun pondasi perjuangan perempuan dan perjuangan kemerdekaan.
“Semua itu dituturkan Nenek saat itu dengan penuh semangat. Tiap Hari Ibu diperingati, beliau selalu teringat masa-masa perjuangan itu,” kata Capres Partai NasDem itu.