Memacu Literasi Keuangan, Agar Bekerja Sehat Tanpa Gangguan Pinjol Ilegal

Memacu Literasi Keuangan, Agar Bekerja Sehat Tanpa Gangguan Pinjol Ilegal

HZ
Hasbi Zainuddin

Penulis

Memacu literasi keuangan adalah jalan untuk membuat masyarakat bekerja lebih sehat tanpa jeratan utang pinjaman online. Agar pertumbuhan ekonomi bisa dipacu dengan tetap berkualitas dan aman.

Terkini, Makassar – Tidak bisa dipungkiri, sektor keuangan memberi kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Di Sulawesi Selatan, itu bisa dilihat dari volume kredit yang berkontribusi hingga 41,01 persen terhadap PDRB. Artinya turut berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi Sulsel yang 4,98 persen pada September lalu.

Tapi ibarat kendaraan yang melaju kencang, akses keuangan yang luas harus diiringi dengan tingkat literasi yang kuat. Jika tidak, maka berbagai gangguan seperti penipuan, aksi pencurian data, pinjol ilegal hingga judi online bakal seperti lubang-lubang menganga yang mengganggu laju kendaraan itu.

Masyarakat harus punya literasi yang kuat tentang keuangan. Ada beberapa indikator yang membuat semua pemangku kepentingan, stakeholder terkait, perlu menggiatkan literasi lebih kencang. Salah satunya adalah masih terjadi gap antara tingkat literasi keuangan dengan inklusi keuangan.

Survei SNLIK (Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan) terbaru 2024 menyebut, literasi keuangan nasional mencapai 65,43 persen, tapi inklusi keuangan (orang yang punya akses terhadap layanan jasa keuangan seperti bank), lebih rendah, yakni 75,02 persen. Artinya banyak yang belum paham tentang bank, asuransi dan lainnya tapi telah menggunakan layanan tersebut. Yang berpotensi membuatnya jadi incaran aksi pelaku kejahatan. Karena kurang paham.

Baca Juga

Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, rasio antara tabungan masyarakat dengan kredit atau biasa disebut Loan to Deposit Ratio (LDR) di Sulawesi Maluku Papua (Sulampua) cukup tinggi. Mencapai angka 124,9 persen. Kredit di Sulampua bahkan tumbuh lebih tinggi 8,79% yoy dibandingkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 5,55% yoy per Agustus 2024.

Ini bukan hanya menunjukkan jumlah uang dari luar banyak yang masuk ke Sulampua untuk mendukung aktivitas pembiayaan. Ini juga bisa menjadi tanda masih banyaknya orang yang tidak menyimpan duitnya di bank dan lebih memilih menyimpan uang tunai, perhiasan, hingga emas. Risikonya pun besar, seperti sasaran pencurian, dan tidak aman saat terjadi bencana.

“Ini perlunya literasi. Jangan semua (uang tabungan) dibelikan emas atau disimpan dalam bentuk tunai. Kemarin kami ke Bone, di sana Pj Bupati cerita, telah terjadi kebakaran di salah satu ruko. Ternyata ada uang tunai sebesar Rp 70 juta yang ikut terbakar,” ungkap Kepala OJK Sulawesi Selatan dan Barat, Darwisman saat Journalist Class OJK Angkatan Ke-10, di Hotel The Rinra, Senin 4 November 2024.

Guru Jadi Sasaran Pelaku Pinjaman Online Ilegal

Memacu Literasi Keuangan, Agar Bekerja Sehat Tanpa Gangguan Pinjol Ilegal
Data pinjaman online ilegal.(Dok OJK)

Bukan cuma berisiko kerugian, rendahnya literasi juga bisa menjadi jalan masuk aktivitas pinjaman online ilegal. Memang ada pemicu lain, seperti faktor ada utang yang harus dibayar segera, penghasilan menengah ke bawah, kebutuhan dana yang cepat, hingga hingga “fomo” atas barang tertentu dan ingin memenuhi gaya hidup.

Namun karena kurang literasi, mereka lupa mengecek ada tidaknya izin OJK pada perusahaan pinjaman online itu.

Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.