PBNU Kritik Politik ldentitas, PA 212: Padahal Mereka yang Bermain Politik
Komentar

PBNU Kritik Politik ldentitas, PA 212: Padahal Mereka yang Bermain Politik

Komentar

Terkini.id, Jakarta – Pihak PA 212 menanggapi sikap Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang kerap mengkritik keras aksi massa yang dilakukan pihaknya yang dinilai sebagai bentuk politik identitas.

Sekretaris Majelis Syuro Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Ma’arif pun menyebut sikap PBNU itu merupakan ‘lagu lama’ yang dari dulu kerap mereka umbar.

Padahal, kata Slamet, NU sendirilah yang selama ini telah bermain politik.

“Kan dari dulu PBNU itu kalau kita yang aksi dibilangnya politik-politik begitu. Emang ‘lagu’-nya dari dulu. Padahal NU sendiri yang selama ini bermain politik,” kata Slamet Ma’arif seperti dikutip dari detikcom, Sabtu 5 November 2022.

Ia pun mengklaim, aksi PA 212 digelar demi kepentingan publik. Selain itu, aksi dilakukan pihaknya untuk mengkritisi dan mengingatkan pemerintah terkait kebijakan yang telah diambil.

DPRD Kota Makassar 2023
Baca Juga

“Setiap ada kebijakan pemerintah yang memang membahayakan negara, termasuk UU yang soal Omnibus Law, kemudian kenaikan BBM yang sekarang itu, kita pasti turun. Kita sebetulnya memang gerakan moral, untuk menjadi pengingat pemerintah, mengkritisi kebijakan pemerintah supaya tidak semena-semena,” ujarnya.

PBNU sendiri, menurut Slamet, tidak paham dengan maksud dari aksi yang digelar PA 212. Dia lalu mengatakan ada sejumlah gerakan massa yang melakukan unjuk rasa, bukan hanya PA 212

“Ini dia yang NU nggak paham. Aksi akbar 1, 2, 3, dan 4 kemarin itu Bukan Hanya PA yang mengadakan, tetapi GNPR, gabungan dari beberapa ormas, dan itu rakyat. GNPR itu betul-betul gerakan moral, nggak cuma PA 212 saja. Jadi memahaminya saja sudah salah, bagaimana isinya,” tuturnya.

Lebih lanjut, Slamet juga menilai politik identitas merupakan hal wajar. Dia lalu menuding pihak yang tak melakukan politik identitas tak memiliki identitas.

“Sesungguhnya kalau orang ngomong antipolitik identitas, itu sebenarnya dia sudah nggak punya identitas. Itu biasanya berlaku untuk kita, tapi tidak untuk yang lain,” ujar Slamet.

“Kan tidak ada di negeri ini yang tidak pakai identitas. NU sendiri ke mana mana bawanya Gus Dur. Identitas juga kan? PDIP dengan Sukarnonya. Demokrat dengan SBY-nya. Sesungguhnya sah-sah saja,” imbuhnya.

Sebelumnya, PBNU mengimbau seluruh pihak menghentikan upaya menggunakan agama demi kepentingan politik sesaat. Pernyataan itu disampaikan guna menyikapi Aksi 411 kemarin dan rencana Reuni 212.

Wasekjen PBNU Rahmat Hidayat Pulungan mengatakan menggunakan agama demi kepentingan politik sesaat tidak ada manfaatnya.

Menurut Rahmat Hidayat, hal itu hanya akan merugikan Indonesia sebagai bangsa dan negara.

“Untuk semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung, kita minta untuk menghentikan semua gerakan yang memecah belah kesatuan bangsa. Kedepankan politik gagasan, setop politik identitas,” kata Rahmat Hidayat.

Menurutnya, politik identitas adalah aksi pembodohan kepada masyarakat. Merawat dendam hanya membuat bangsa ini kehilangan energi positifnya.

“Kita perlu persatuan. Kebersamaan akan membuat kita kuat sebagai bangsa,” katanya.