Terkini.id, Jakarta – Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara tampaknya masih menimbulkan berbagai respon dari masyarakat Indonesia bahkan sejumlah analisis internasional.
Sejumlah analis internasional memberikan kritikan terhadap pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur.
Dilansir dari kanal Youtube KompasTV yang di unggah pada Senin, 14 Maret 2022, sejumlah analis internasional memberikan kritikannya.
Mereka menyebutkan bahwa lebih baik memusatkan perhatian pada penyebaran pelayanan dan memperbaiki jalan dan listrik.
“Ini komitmen besar. Akan lebih masuk akal memusatkan perhatian pada pelayan broadband ke seluruh Indonesia dan memperbaiki jalan dan listrik. Ada kekurangan listrik di banyak wilayah Indonesia serta ada pemadaman listrik. Itu jauh lebih mendesak,” ujar Gary Hufbauer, Ahli Ekonomi Peterson Institute.
- Telkom Bantu Startup Ikut Serta dan Berkontribusi dalam Pembangunan IKN Nusantara
- Beragam Layanan Kereta Api akan Dibangun di IKN Nusantara, Berikut Penjelasan Pengamat Transportasi
- Gedung di Jakarta Akan Disewakan Untuk Bangun IKN, Netizen: Maksa Banget
- Luhut Pandjaitan Yakin Putra Mahkota Arab Akan Investasi di IKN
- Dahlan Iskan Bandingkan IKN Nusantara Dengan Ibu Kota Malaysia
Halangan bagi investor untuk memperluas jaringan bisnis ke luar Pulau Jawa kebanyakan terhalang oleh keterbatasan infrastruktur seperti jalan.
“Yang perlu dilakukan untuk menghubungkan seluruh wilayah dengan lebih baik, menurunkan banyak biaya logistic. Bahkan, Jokowi punya gagasan membuat jalan tol lau, tapi belum terlaksana. Salah satu dari ide besarnya yang terlihat bagus di atas kertas, tapi realitanya gagal,” ucap Wayne Forrest, Direktur Eksekutif AICC.
Analis mempertanyakan apakah bila ibu kota dipindahkan ke timur, maka pembangunan infrastruktur akan bergerak ke timur. Sedangkan, persoalan lama di Jakarta hingga saat ini belum kunjung usai.
“Ibu kota baru itu tidak memberikan solusi kepada masalah di Jakarta. Saya kira tidak mungkin lebih banyak orang tinggal di ibu kota baru dibandingkan Jakarta. Jakarta tetap akan menjadi kota terbesar di Indonesia dan juga akan menjadi pusat bisnis, kebudayaan, dan sebagainya,” ujar Greg Fealy, Analis Politik Australian National University.
Jika Presiden Jokowi ingin pembangunan baru selesai sesuai target, maka pemerintah Indonesia harus siap dengan pembengkakan dana, apalagi jika pembangunan tersebut membutuhkan barang-barang impor.
Analisis internasional mempertanyakan urgensi memindahkan ibu kota negara baru di tengah berbagai proyek lain yang bisa ikut meratakan pembangunan.
“Sulit memisahkan sepenuhnya dari ego yang terlibat, ingin dilihat sebagai seorang Presiden dalam masa jabatan yang tebatas, bisa membuat prestasi yang luar biasa, termasuk membangun ibu kota baru di tempat yang baru. Ini juga menjadi proyek kesombongan atau prestise,” ucap Dan Slater, Analis Politik University Of Michigan.
Itulah sejumlah kritik dari analis internasional terhadap pemindahan ibu kota negara baru.
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.