Terkini.id, Jakarta – Dianggap sebagai ‘penceramah radikal’ Ustadz Firanda Andirja Abidin ditolak Nahdlatul Ulama Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Melihat hal tersebut, Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Muzayyin Arif turut buka suara.
Dalam tenggapannya, Muzayyin Arif menilai bahwa penolakan yang dilakukan NU Wajo terhadap Ustadz Firanda Andirja Abidin harusnya disikapi secara bijak.
“Fenomena ini tentu saja perlu disikapi secara serius, sebab ini menyangkut wajah di Sulsel, apalagi ini kegiatan dakwah yang seharusnya disambut dengan suka cita,” ucapnya. Dikutip dari Gelora. Minggu, 27 Maret 2022.
Selain itu, Muzayyin Arif yang merupakan alumni Universitas Islam Indonesia Jakarta ini mengatakan, Sulsel telah dikenal sebagai daerah yang religiusitasnya sangat tinggi. Sehingga dengan fenomena penolakan Ustadz disinyalir dapat mengubah pola pikiran masyarakat terhadap Sulsel.
“Sulsel dikenal sebagai daerah yang religiusitasnya sangat tinggi, banyak ulama besar dan pondok pesantren yang berkiprah. Karena itu masyarakat kita cinta dakwah,” bebernya.
Ia bahkan menyebutkan bahwa menginginkan adanya komunikasi antar pihak maupun lintas aliran keagamaan. Dirinya menekankan wajib adanya dialog terbuka tentang penolakan Ustadz Firanda.
“Perlu mendorong komunikasi antar pihak, lintas aliran keagamaan, melalui dialog terbuka dan tentu saja melibatkan Pemerintah Daerah (Pemda). Menurut saya, MUI Sulsel bisa mengambil peran untuk menetralisir hal ini. Apalagi kepengurusan MUI sekarang kan lebih majemuk dengan mengakomodir ulama dari berbagai lembaga dan ormas,” jelas Muzayyin.
Muzayyin ingin, agar MUI Sulsel sebagai institusi ulama hadir memberi solusi untuk masalah yang dihadapi Ustadz Firanda.
Sebelumnya dijadwalkan Ustadz Firanda Andirja Abidin akan menjadi salah satu pengisi kegiatan tabligh akbar dan silaturahmi dengan Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman.
“Kami menolak kehadiran Ustaz Firanda Andirja di Kabupaten Wajo karena berpotensi terjadinya gesekan di masyarakat,” kata Ketua GP Ansor Wajo Muhammad Ihwan.