Seorang sahabat berbagi cerita pengalamannya menunaikan Ramadan kali ini. Ia gelisah dengan keadaan, beruntung di daerah yang ia diami sekarang masuk zona hijau di pelosok Bima.
Ia tetap menunaikan shalat berjamaah di masjid sekalipun jamaah hanya hitungan jari sehingga merasakan lebih aman. Ia katakan, dirinya sulit meninggalkan masjid sebab sedari kecil didik sang kakek di Sidrap untuk mempertautkan hatinya berjamaah di masjid.
Kerinduan kami terobati dengan candaan-candaan seadanya, lebih dominan cerita keprihatinan suasana ibadah yang terbatas pada Ramadan kali ini.
Serangkaian cerita kami berujung pada renungan. Manusia terlalu mengagungkan akal pikirannya, lupa ilmu itu bersumber dari Allah. Lihat saja betapaa banyak orang-orang berilmu tapi jauh dari nilai-nilai agama, perilakunya tidak tercermin dari kata dan perilakunya, lupa bahwa sumber ilmu itu Allah melalui ayat-ayat dalam al-qur’an maupun alam semesta ini.
Diapun mengingatkan untuk saling menjaga, godaan untuk menyombongkan diri karena merasa berilmu, sesungguhnya kita bodoh, ilmu yang dimilikipun belum seberapa yang kita amalkan. Belajarlah dari teladan-teladan ulama. Semakin tinggi ilmunya semakin tawadhu.
Tidak ada ruang bagi kita untuk sombong karena merasa memiliki ilmu, itu semua titipan Allah. Sepertihalnya harta, Allah yang menitipkan pada manusia meski banyak yang lupa diri.
Ilmu dan harta adalah bagian ujian Allah yang kadang manusia sulit untuk lulus kecuali orang-orang yang benar-benar mendapatkan hidayah. Demikian cerita berikut tititpan pesan sahabat Muhary Wahyu Nurba yang berada diseberang negeri perantauan itu.
Ilmu Allah maha luas, tertuang dari ayat-ayat-Nya, baik qauliyah maupun qauniyah. Setiap hamba dapat meraup cahaya Ilahi senantiasa terpatri dari ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dilantunkan sepanjang Ramadan ini.
Setiap insan yang membaca al-qur’an sejatinya “berdialog” dengan Allah melalui wahyu ilahi sehingga melahirkan kekuatan batin, menerpa cahaya hidup hamba untuk meraup hidayah sang khalik.
Selain itu, al-Qur’an sebagai inspirasi dan sumber ilmu yang utama. Karenanya setiap manusia semestinya meraup hikmah yang termaktub dalam kitab maha suci tersebut. Betapa manusia menggapai derajat mulia karena keilmuan disertai pengamalannya.
Terpaan cahaya ilahi dalam al-Qur’an senantiasa menerpa hati yang suci, hati penuh keimanan dan ketaqwaan.
Setiap hati yang diterpa cahaya al-Qur’an akan menjalani penghidupannya yang berimbang dan jauh dari kebimbangan, sebab kitab suci maha agung tersebut menjadi petunjuk bagi manusia.
Nilai-nilai al-Qur’an menjadi “pemandu” menjalani hidup secara istiqamah dan terbebas dari ketertindasan kebodohan dan egoisme. Al-Qur’an sumber ilmu Allah yang diturunkan untuk dijadikan hudan linnas, petunjuk bagi umat manusia dan sumber inspirasi ilmu dan hikmah.
Firdaus Muhammad
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar dan Ketua Komisi Dakwah MUI Sulsel
Dapatkan update berita terkini setiap hari dari Terkini.id. Mari bergabung di Saluran Whatsapp "Terkinidotid", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/terkinidotid, kemudian klik ikuti.
